Bagaimana Paulus Mengetahui tentang Perjamuan Terakhir Yesus?

ἐγὼ γὰρ παρέλαβον ἀπὸ τοῦ κυρίου ὃ καὶ παρέδωκα ὑμῖν ὅτι ὁ κύριος Ἰησοῦς ἐν τῇ νυκτὶ ᾗ παρεδίδετο ἔλαβεν ἄρτον [Teks Yunani 1 Korintus 11:23]

Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti [LAI-ITB, 1Kor. 11:23).

Saya tidak ingat persis, tapi saya suatu kali pernah membaca secara sepintas pertanyaan dari seorang rekan Muslim mengenai Paulus dan Perjamuan Malam Tuhan Yesus. Rekan Muslim tersebut mempertanyakan bagaimana mungkin Paulus menyatakan bahwa lontarannya mengenai Perjamuan Malam Yesus “telah aku terima dari Tuhan” (1Kor. 11:23; baca keseluruhan 1Kor. 11:17-33; bnd. Mat. 26:26-29; Mrk. 14:22-25; Luk. 22:15-20), padahal waktu itu Paulus tidak hadir di sana karena ia belum menjadi murid Yesus?

Pertanyaan di atas, secara historis, memang sah untuk ditanyakan. Dan dalam beberapa commentary Surat 1 Korintus yang saya periksa pun memuat diskusi mengenai isu di atas. Hanya saja, saya khawatir bahwa rekan Muslim di atas mengasumsikan bahwa Paulus seharusnya tidak mengetahui persis tentang kata-kata Yesus dalam Perjamuan Malam itu karena ia tidak hadir di sana. Dan karena seharusnya tidak mengetahui secara persis mengenai kata-kata Yesus dalam peristiwa tersebut maka Paulus pasti mengibuli kita dengan menyatakan bahwa ia telah menerimanya dari Tuhan dengan asumsi bahwa “menerima dari Tuhan” berarti hadir dan mendengar secara langsung kata-kata Yesus dalam peristiwa tersebut.

Terlepas dari dugaan saya terhadap asumsi di balik pertanyaan rekan Muslim di atas, singkat saja, para penafsir merujuk kepada dua kemungkinan ketika Paulus menyatakan ἐγὼ γὰρ παρέλαβον ἀπὸ τοῦ κυρίου [“karena aku telah menerima dari Tuhan”]. Pertama, kata-kata Paulus ini berarti bahwa Paulus menerimanya secara pewahyuan. Dukungan untuk kemungkinan ini terdapat dalam  Galatia 1:11-12, 15-16, dimana Paulus menegaskan mengenai sumber pewahyuan dari Injil yang diberitakannya. Kedua, “menerima” di sini bukan berbicara mengenai suatu bentuk penerimaan secara langsung dari Tuhan, melainkan tradisi Perjamuan Malam tersebut beredar di kalangan Gereja mula-mula, dan Paulus menerima tradisi tersebut dari mereka, mis. para rasul lainnya. Sementara istilah “dari Tuhan” dimengerti merujuk kepada sumber tradisi tersebut, yaitu Tuhan Yesus sendiri, bukan sebuah tradisi hasil rekayasa para murid lainnya. Maka tidak heran, Paulus menyatakan bahwa ia menerimanya dari Tuhan.

Mengenai dua kemungkinan di atas, saya lebih cenderung untuk menerima kemungkinan kedua ketimbang kemungkinan pertama. Pertimbangan saya: (1) Galatia 1:11-12, 15-16 tidak dapat dijadikan acuan untuk diterapkan dalam isu ini karena dalam Galatia 1, Paulus tidak merujuk kepada pengajaran dan narasi-narasi mengenai Yesus, tetapi mengenai aspek penebusan melalui kematian dan kebangkitan Kristus yang ditawarkan secara cuma-cuma bagi mereka yang mau menerimanya. (2) Dalam 1 Korintus 11:23, Paulus menggunakan bahasa yang menggemakan transmisi tradisi dan tidak mengindikasikan bahwa ia menerimanya melalui pewahyuan.[1] (3) Archibald Robertson dan Alfred Plummer mendukung kemungkinan ini berdasarkan penggunaan kata depan [preposisi] ἀπὸ. Menurut kedua penafsir ini, kalau Paulus hendak menyatakan mengenai penerimaan secara langsung, seharusnya ia menggunakan kata depan παρα, bukan ἀπὸ.[2] Meski demikian, alasan kedua penafsir ini tidak terlalu signifikan karena bagaimana pun juga maksud Paulus mesti ditentukan berdasarkan konteksnya, bukan semata-mata karena ia menggunakan kata depan ἀπὸ. Dan dalam hubungan dengan konteks historis dari kehidupan Paulus sendiri, sebagaimana yang diangkat rekan Muslim di atas, ketidakhadiran Paulus ikut mengindikasikan mengenai hal ini. Di samping itu, tendensi Gereja mula-mula untuk mensirkulasikan tutur kata dan perbuatan Yesus secara lisan yang kita kenal dengan Jesus Tradition juga merupakan indikator kuat lainnya yang mendukung kemungkinan ini.

Jadi, ketika Paulus menyatakan bahwa “Aku telah menerimanya dari Tuhan”, ia merujuk kepada sirkulasi tradisi Perjamuan Malam Tuhan dalam Gereja mula-mula. Tradisi dari Tuhan itu ia terima dan ia teruskan kepada jemaat di Korintus.


[1] Kedua pertimbangan ini berasal dari: Gordon D. Fee, The First Epistle to the Corinthians [The New International Commentary on the New Testament; Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 1987), 548. Baik tradisi Yahudi maupun Hellenistik, menggunakan istilah-istilah ini dalam pengertian penurunalihan tradisi dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Lih. Anthony C. Thiselton, The First Epistle to the Corinthians [The New International Greek Testament Commentary; Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 2000], 867. C.F.D. Moule menyatakan bahwa kata-kata Paulus ini “naturally apply[ing] to the receiving and transmitting of traditions” (Worship in the New Testament [London: Lutterworth, 1961], 24).

[2] Archibald Robertson and Alfred Plummer, A Critical and Exegetical Commentary on the First Epistle of St. Paul to the Corinthians [The International Critical Commentary; Edinburgh: T. & T. Clark, 1911), 242.