Yesus Disalibkan Tanggal 3 April Tahun 33 Masehi

Secara umum, rentang tahun penyaliban Yesus yang diusulkan para pakar adalah antara tahun 26 M hingga tahun 36 M. Penyaliban Yesus terjadi pada hari Jumat, 14 atau 15 Nisan (menurut kalender Yahudi). Semua pakar Yesus Sejarah sepakat akan hal-hal ini.

Pertanyaannya, mungkinkah kita melakukan rekonstruksi sejarah yang membawa kita kepada kesimpulan yang sangat mungkin mengenai tanggal penyaliban Yesus? Continue reading “Yesus Disalibkan Tanggal 3 April Tahun 33 Masehi”

Ketika Pertolongan Menachem Ali Tidak Berhasil Menolong Allah SWT: Qur’an dan Sejarah Penyaliban Yesus

Saya menonton ceramah Menachem Ali mengenai sejarah penyaliban Yesus (di sini). Pada dasarnya, penolakan Qur’an terhadap aktualitas penyaliban Yesus hanya semata-mata asersi (QS. 4:157-158). Dan asersi ini adalah asersi yang tidak memiliki dasar yang jelas sama sekali. Continue reading “Ketika Pertolongan Menachem Ali Tidak Berhasil Menolong Allah SWT: Qur’an dan Sejarah Penyaliban Yesus”

Bart D. Ehrman: Tidak Ada Kekecualian Selain Tulisan Philo mengenai para Korban Penyaliban Diturunkan dari Salib; Benarkah?

Saya sedang menyiapkan sebuah tulisan responsif yang agak panjang mengenai Bab 4-5 dari buku Bart D. Ehrman yang terbaru, berjudul: How Jesus Became God: The Exaltation of a Jewish Preacher from Galilee (New York: HarperCollins, 2014). Dalam Bab 4, Ehrman menolak tradisi penguburan Yesus oleh Yusuf dari Arimatea, konsekuensinya ia juga menolak tradisi “kubur kosong” (the empty tomb). Bagi Ehrman, tradisi mengenai Yusuf dari Arimatea adalah rekayasa, Yesus tidak dikuburkan karena umumnya orang-orang yang disalibkan oleh pihak Romawi tidak diturunkan dari salib, tetapi dibiarkan menggantung di situ lalu menjadi santapan binatang-binatang buas. To be fair, Ehrman tidak mengikuti John Dominic Crossan yang percaya bahwa jasad Yesus kemungkinan dimakan oleh anjing-anjing. Ehrman hanya menyatakan kita tidak mengetahui secara historis apa yang terjadi dengan jasad Yesus namun yang pasti, menurut kebiasaan di atas, jasad Yesus tidak diturunkan dari salib itu. Continue reading “Bart D. Ehrman: Tidak Ada Kekecualian Selain Tulisan Philo mengenai para Korban Penyaliban Diturunkan dari Salib; Benarkah?”

Tahun Penyaliban Yesus: Evaluasi Kritis “The Mystery of the Crucifixion”-nya Louay Fatoohi (Bab 4)

Untuk tahun penyaliban Yesus, dalam Bab 4 (p. 53-55) Fatoohi percaya bahwa peristiwa itu terjadi antara tahun 26 M – 36 M. Di dalam bab ini pun Fatoohi mengulangi klaim mengenai kontradiksi dan ketidaktepatan historis di dalam Kitab-kitab Injil. Ia menulis,

Because of the impreciseness and contradictions of the Gospel accounts of Jesus’ birth date and how long he live, all that can be said is that the Gospels imply that Jesus was killed during Pilate’s prefectship of Judea, which lasted from 26 to 36 CE (p. 53).

Continue reading “Tahun Penyaliban Yesus: Evaluasi Kritis “The Mystery of the Crucifixion”-nya Louay Fatoohi (Bab 4)”

Mengapa Yesus Disalibkan? Siapa yang Bertanggung Jawab? Tinjauan Kritis “The Mystery of the Crucifixion”-nya Louay Fatoohi (Bab 3)

Masih dalam rubrik propaganda kontradiksi di sekitar the passion narratives, sebuah propaganda red herring,[1] Bab 3 dari “The Mystery of the Crucifixion” membahas dua isu penting dalam studi mengenai kematian Yesus di salib, yaitu siapa yang bertanggung jawab atas penyaliban Yesus dan mengapa Yesus disalibkan (pp. 39-52).

Fatoohi (p. 48) tampaknya mengikuti E.P. Sanders bahwa penyebab paling dekat yang memberi alasan mengapa Yesus dieksekusi adalah prediksi Yesus mengenai kehancuran Bait Suci (Mrk. 13:1-2; Mat. 24:1-2; Luk. 21:5-6) yang dijadikan salah satu tuduhan dalam pengadilan terhadap Yesus (Mrk. 14:58; Mat. 26:61). Continue reading “Mengapa Yesus Disalibkan? Siapa yang Bertanggung Jawab? Tinjauan Kritis “The Mystery of the Crucifixion”-nya Louay Fatoohi (Bab 3)”

“The Passion Narratives” dan “Corpus Iuris” Yudaisme Rabbinik: Tinjauan Kritis “The Mystery of the Crucifixion”-nya Louay Fatoohi (Bab 2)

Bab 2 dari The Mystery of the Crucifixion (pp. 33-38), sama seperti Bab 1, masih bertujuan untuk memperlihatkan ketidakhandalan Passion Naratives dalam Injil-injil Kanonik. Berbeda dengan Bab 1 dimana Fatoohi mengklaim empat belas pokok kontradiktif atas perbandingan isi Kitab-kitab Injil itu sendiri, dalam Bab 2 Fatoohi mengklaim adanya kesalahan informasi mengenai tradisi Yahudi dalam Passion Narratives berdasarkan perbandingan dengan tradisi Rabbinik, khususnya prosedur-prosedur pengadilan dalam Misnah.[1] Di sini ia mencatat 10 poin presentasi tradisi pengadilan yang menurutnya berkontradiksi dengan prosedur pengadilan Yudaisme seperti yang terdapat dalam Misnah. Ia lalu menyimpulkan, “The Gospel narratives do not only contradict each other, as we saw in the previous chapter, but they are also at odds with known historical facts” (p. 38). Continue reading ““The Passion Narratives” dan “Corpus Iuris” Yudaisme Rabbinik: Tinjauan Kritis “The Mystery of the Crucifixion”-nya Louay Fatoohi (Bab 2)”

Penyaliban Yesus, Kristologi Doketisme dalam Teks-teks Gnostik, dan QS. 157 (4)

Untuk jelasnya, saya perlu memulai ulasan ini dengan mengutip QS. 4:157-158 terlebih dahulu.[1]

And because of their saying (in boast), “We killed Messiah Isa (Jesus), son of Maryam (Mary), the Messenger of Allah,” – but they killed him not, nor crussified him, but the resemblance of Isa (Jesus) was put over another man (and they killed that man), and those who differ therein are full of doubts. They have no certain knowledge, the follow nothing but conjecture. For surely; they killed him not [i.e. Isa (Jesus), son of Maryam (Mary) – 157.

But Allah raised him [Isa (Jesus)] up (with his body and soul) unto himself (and he is in the heavens). And Allah is Ever All-Powerful, All-Wise – 158.

Continue reading “Penyaliban Yesus, Kristologi Doketisme dalam Teks-teks Gnostik, dan QS. 157 (4)”